بسم الله الرحمن الرحيم
KISAH RASULULLAH NABI MUHAMMAD SAW, Bahagian 8
Kredit Penulis dari Indonesia
Kehancuran Abrahah
Allahlah yang melindungi rumah suci-Nya. Ketika pasukan Abrahah bergerak mendekat, gajah Abrahah berhenti. Sekeras apa pun Abrahah memukulinya, gajah itu tetap duduk tenang, bahkan akhirnya berusaha berjalan lagi ke arah Yaman.
"Maju! Maju! Apa yang terjadi padamu?" bentak Abrahah pada tunggangannya.
"Dalam berbagai medan pertempuran, belum pernah kamu mengecewakan aku seperti ini! Kamu bahkan tampak ketakutan! Ada apa sebenarnya?"
"Paduka! Ada yang datang dari arah laut!" teriak seorang prajurit sambil menunjuk-nunjuk panik.
Dalam kitab al-Khasha’ish disebutkan bahwa Ibn Sa’ad, Ibn Abi al-Dunya dan Ibn ‘Asakir meriwayatkan dari Abi Ja’far Muhammad ibn Ali yang berkata bahwa peristiwa ini terjadi pada pertengahan bulan Muharram, antara kejadian ini dan kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah 55 hari.
Dikisahkan bahwa kejadian penyerangan burung Ababil adalah ada segumpalan awan yang datang dari arah laut, sampai akhirnya mendekati pasukan gajah ini, ketika burung-burung ini persis di atas pasukan, batu-batu yang dibawa oleh pasukan burung dilontarkan dan menimpa pasukan gajah. Setiap seekor burung, membawa 3 buah batu, dua dikaki dan satu di paruh.
Ada beberapa versi cerita, ada yang mengatakan bahwa mereka yang kena batu ini merasa gatal dan setiap digaruk, maka kulit dan dagingnya ikut terkelupas. Lalu tewas dengan sendirinya.
Ada juga yang mengatakan bahwa bebatuan yang dilempar ke tentara, jika mengenai kepala maka batu itu keluar dari dubur, jika mengenai badan bagian samping, maka batu itu akan menembus keluar dari bagian lainnya. Begitu seterusnya hingga luka itu membawa kematian yang sangat cepat.
Hasilnya, tidak ada satu orang pun dari tentara gajah yang selamat termasuk Abrahah Peristiwa ini Allah abadikan dalam surat Al Fil :
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Surah Al-Fil (105:1)
أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ
Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka´bah) itu sia-sia? Surah Al-Fil (105:2)
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ
dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, Surah Al-Fil (105:3)
تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ
yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, Surah Al-Fil (105:4)
فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ
lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). Surah Al-Fil (105:5)
Wabah Penyakit
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dibawa burung itu adalah kuman kuman wabah penyakit cacar. Dalam beberapa hari saja seluruh pasukan mati dengan tubuh rusak seperti daun dimakan ulat.
Abrahah berhasil kembali ke Yaman, tetapi tidak lama setelah itu ia pun mati seperti pasukannya.
Kembali ke Mekah
Abdullah bin Abdul Muthalib tidak jadi disembelih karena telah ditebus ayahnya dengan 100 ekor unta.
Abdullah adalah pemuda yang berwajah tampan. Kegagahan parasnya banyak menarik perhatian gadis-gadis Mekah. Apalagi setelah mereka tahu bahwa nyawa Abdullah telah ditebus dengan 100 ekor unta, suatu jumlah yang luar biasa yang tidak pernah dialami seorang pun sebelumnya. Walaupun banyak gadis yang berusaha menggodanya, kesopanan Abdullah tetap terjaga.
Gadis yang Meminang
Setelah penebusan Abdullah, Abdul Muthalib menggandeng tangan putranya menuju rumah Wahb bin Abdul Manaf. Wahb mempunyai seorang putri bernama Aminah. Abdul Muthalib sudah sepakat dengan Wahb untuk menikahkan putra-putri mereka.
Namun, di tengah jalan, seorang gadis cantik menegur Abdullah, "Engkau akan pergi ke mana, wahai Abdullah?"
"Aku akan pergi bersama ayahku."
Tanpa memedulikan Abdul Muthalib, gadis itu berkata, "Kulihat engkau memang dituntun ayahmu, tak ubahnya seperti seekor unta yang akan disembelih. Demi engkau, aku akan menerimamu jika engkau mau menikahi diriku sekarang juga."
Abdullah terperangah. Ia menatap gadis itu dengan gugup.
"Siapakah gadis ini? Pikir Abdullah, "dilihat dari pakaiannya yang dipenuhi perhiasan mahal, ia pasti seorang gadis bangsawan. Matanya yang hitam memancarkan sinar yang teduh seperti yang biasa dimiliki gadis-gadis berperangai lemah lembut dan penuh kasih sayang. Apa yang harus kukatakan kepadanya?"
Ketika Abdullah menoleh kepada ayahnya, dilihatnya Abdul Muthalib memberi isyarat agar Abdullah terus melangkah dan tidak menggubris sang gadis .
"Aku bersama ayahku." Aku tak kuasa menolak kehendaknya dan berpisah dengannya.
Abdullah kembali berjalan bersama ayahnya. Hatinya dipenuhi rasa iba dan simpati kepada gadis yang ditinggalkannya.
Hari itu juga, Abdul Muthalib datang ke rumah Wahb bin Abdul Manaf. Mereka sepakat menjodohkan Abdullah dengan Aminah.
Keesokan harinya, Abdullah bertemu lagi dengan gadis yang kemarin. Abdullah menyapanya, "Mengapa engkau tidak menyapaku seperti kemarin?"
Gadis itu menjawab dengan ketus, "Sinar berseri-seri yang kemarin kulihat pada wajahmu sudah tidak ada lagi. Karena itu, sekarang aku sudah tidak membutuhkanmu!"
Sinar Kenabian
Sinar berseri-seri yang dilihat sang gadis pada wajah Abdullah menurut sebagian ahli sejarah adalah sinar kenabian yang akan diturunkan Abdullah kepada putranya. Ketika Abdullah sudah dijodohkan dengan Aminah, maka gadis itu sudah tidak bisa lagi berharap akan memiliki putra yang kelak menjadi nabi.
BERSAMBUNG...
No comments:
Post a Comment